Tanpa pengetahuan analisis sosial yang baik, maka kritik terhadap kebijakan publik yang buruk akan tetap berlanjut. Pemerintah yang lemah dan naif, misalnya, berjalan tetap berjalan liar jika tanpa kontrol sosial.
Kupang, detakpasifik.com — Pengetahuan tentang analisis sosial sangat penting dan perlu. Dengan pengetahuan itu, para mahasiswa mampu merumuskan tindakan yang akurat, membuat formula gerakan sosial yang tepat dan memformulasikan resolusi perubahan skema pembangunan yang presisif yang dibutuhkan rakyat.
Tanpa pengetahuan analisis sosial yang baik, maka kritik terhadap kebijakan publik yang buruk akan tetap berlanjut. Pemerintah yang lemah dan naif, misalnya, berjalan tetap berjalan liar jika tanpa kontrol sosial.
Bahkan resolusi perubahan sosial yang ditawarkan pun sekali tidak menyentuh kepentingan terbaik rakyat. Karena itulah, para mahasiswa sejak dini perlu mendalami pengetahuan tentang analisis sosial.
Mereka terpanggil oleh sejarah untuk selalu kritis terhadap seluruh proses pembangunan di NTT dan di Indonesia. Kritik dan sikap kritis kaum intelektual terhadap kekuasaan merupakan kewajiban moral mahasiswa. Kaum intelektual wajib secara moral mengontrol seluruh proses pembangunan yang sedang berlangsung di lingkungan sosialnya. Pemerintah yang bertabiat buruk harus diingatkan. Pemimpin yang lemah harus dikontrol agar tidak liar.
Kritik para mahasiswa sangat diperlukan ketika lembaga-lembaga demokrasi formal macet. Partai politik disfungsional membisu, bahkan aktor politik legislatif tidak berdaya berhadapan dengan kekuasaan, kecuali bergaya di atas bentangan penderitaan rakyat. Mereka malah terduga terlibat menyumbangkan kebusukan negara menggunakan fasilitas negara dari uang rakyat.
Aktor-aktor politik bodoh pun nyaman dalam kebodohannya. Mereka tidak tahu kalau mereka dihangatkan oleh selimut kebodohan. Bahkan mereka tidak tahu, apa saja yang semestinya dilakukan.
Maka, yang tertinggal adalah para kelas menengah intelektual yaitu para mahasiswa. Dari mereka diharapkan mengambil alih kontrol sosial politik. Ilmu pengetahuan dipakai sebagai instrumen ilmiah untuk menelaah realitas sosial, sehingga para intelektual tidak menjadi tukang sebagaimana dituding penulis Prancis, Julien Benda (1927).
Analisis sosial adalah kegiatan berpikir dan meriset realitas sosial. Karena itu, analisis sosial tidak hanya sebagai keterampilan akal sehat, tetapi juga keterampilan teknis ilmiah. Analisis sosial juga sejenis ideologi perjuangan kaum terpelajar.
Kristalisasi pendapat di atas mengemuka dalam diskusi Persatuan Mahasiswa Manggarai (PERMAI) Kupang yang berlangsung di Aula Kwarda Pramuka NTT, Sabtu, 4 November 2023 bersama narasumber pemicu diskusi Pius Rengka.
Forum diskusi itu, merupakan rangkaian acara penerimaan dan Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD) bagi 40 mahasiswa baru Manggarai yang terseleksi dengan tema Membina Kader Militan dan Adaptif Menuju Indonesia Emas 2045.
PERMAI Kupang adalah organisasi kedaerahan mahasiswa Manggarai. Mereka bercita-cita agar diaspora Manggarai unggul secara intelektual, tetapi lentur secara sosial. Realitas Manggarai menampakkan data bahwa tidak ada lagi satu pun kampung di Manggarai yang tidak ada sarjana. Bahkan di sebuah paroki di Manggarai telah melahirkan 12 doktor (bukan doktor honoris causa), dan beberapanya akan menyusul. Dalam catatan tidak resmi, jumlah doktor dari Manggarai telah merangkak naik mencapai 250an orang di berbagai bidang ilmu yang tersebar di berbagai kota dan negara di dunia.
PERMAI peduli terhadap pembinaan kaderisasi multidimensi. Tujuannya, agar para mahasiswa baru dari Manggarai dibiasakan berpikir kritis mencermati pembangunan sosial politik dan lingkungan alam di NTT, Indonesia bahkan dunia. Mahasiswa Manggarai tidak boleh berbicara atas nasib iri hati dan culas. Tetapi, berbicara berbasis logika kritis dan ilmiah.
Adalah pemali bagi mahasiswa menerima pasrah begitu saja realitas sosial yang dihadapi atau dialaminya. Tetapi, realitas sosial atau fenomena sosial patut dipertanyakan, direfleksikan, dan digugat manakala realitas sosial itu ditimbulkan lantaran kebijakan publik yang buruk dan dikerjakan oleh rezim pemerintahan yang lemah.
Ketua Panitia Penyelenggara LKTD, Arsenius Setiawan, mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Widya Mandira, mengharapkan para mahasiswa lebih aktif, lebih giat dan terus belajar. Hal serupa ditambahkan Ketua PERMAI, Tarsisius Galung. Galung mengatakan, PERMAI disiapkan sebagai rumah bersama, tempat persemaian mahasiswa Manggarai yang kritis dan aktif menyambut masa depan.
Kegiatan LKTD berlangsung Jumat hingga Minggu, 3-5 November 2023. Peserta LKTD 40 orang. Laki-laki 25, perempuan 15. Para narasumber berbeda latar belakang diundang sebagai pemicu diskusi dan pelatih pengetahuan teknis.
Mereka masing-masing, Ketua Ikatan Keluarga Manggarai Raya (IKMR) Kupang Alo Sukardan berbicara Filosofi Kepemimpinan Manggarai, Pater Dr. Yulius Yasinto, M.Sc, SVD merefleksikan tema Who am I, jurnalis kritis Irvan Kurniawan mendiskusikan analisis SWOT, Pentingnya Literasi dibawakan Pieter Manuk, tema Jurnalistik dipresentasikan wartawan senior Pos Kupang, Marsel Ali, Ekonomi Keberlanjutan dibawakan anggota DPRD Partai NasDem, Yuvens Tukung, dan Kewirausahaan diberikan oleh calon anggota DPRD Provinsi NTT Daerah Pemilihan Kota Kupang dari Partai Demokrat, Paskalis Angkur, dan Pius Rengka mengantar diskusi tentang Analisis Sosial.
Dikatakan, wajah fenomena sosial itu berdimensi jamak. Satu fenomena sosial selalu terkait dan dikaitkan dengan berbagai isu sosial lain, seperti politik, ekonomi, budaya, ideologi, filsafat bahkan pertarungan kepentingan nasional dan global.
Fenomena sosial yang terjadi di NTT, misalnya, dapat saja disebabkan atau terjadi karena problem yang berasal dari luar NTT. Begitu pun sebaliknya. Artinya, fenomena sosial yang tampak adalah gejala permukaan.
Perlu dicari akar fenomena hingga ke bangunan struktur sosial yang berpengaruh. Karena itu, keterampilan melakukan analisis sosial niscaya penting agar mahasiswa tidak salah raba, salah duga, salah kaprah, atau salah membangun opini gerakan sosial, dan keliru mengonstruksi resolusi sosial.
Seluruh analisis sosial dan gerakan sosial bertujuan melakukan perubahan kebijakan sosial politik. Perubahan itu pada gilirannya membawa rakyat keluar dari kemiskinan. Mereka dapat menikmati kesejahteraan dan keadilan sosial.
(dp/arto)