Sebab barang siapa mencintai orang muda, ia mencintai masa depan.
Oleh Lukas Lile Masan
“Barang siapa mencintai orang muda, dia mencintai masa depan.”
Pepatah ini setidaknya sejalan dengan sikap beberapa tokoh dan partai beberapa hari terakhir ini yang membuka ruang yang cukup dan kepercayaan yang total kepada generasi muda untuk terlibat dan memegang kendali di tengah publik. Adalah Partai Solidaritas Indonesia, partai yang anggota dan pengurusnya di dominasi oleh anak muda ini melakukan sebuah gebrakan yang membuat kaum tua yang duduk manis di kursi yang melanggengkan dinasti melongo keheranan.
Kenapa? Betapa tidak, Kaesang Pangarep – putra bungsu Presiden RI, Ir. Joko Widodo yang usianya baru dua hari di rumah PSI didapuk menjadi Ketua Umum. Namun berdasarkan penjelasan Grace Natalie, terpilihnya Kaesang menjadi Ketum PSI melalui proses yang panjang dan berdasarkan keputusan bersama. Ternyata, tradisi pengangkatan Ketum PSI berbeda dengan yang lazim terjadi di partai-partai besar yang terkesan sangat tradisional dan ortodoks.
Tidak hanya itu, giat para pencinta anak muda kembali menuai protes dan heran di kalangan kaum tua ortodoks saat Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Prabowo Subianto sebagai Capres 2024 memilih Gibran Rakabuming Raka menjadi Cawapres mendampingi Prabowo. Alibi partai pengusung adalah karena Gibran telah berhasil menjadi Wali Kota Solo dan masih bersih dari KKN. Sementara para pengamat seperti Adi Prayitno menilai bahwa pengangkatan Gibran sebagai Cawapres Prabowo untuk menengahi konflik kepentingan partai anggota Koalisi Indonesia Maju.
Hadirnya Gibran, putra sulung Jokowi sebagai Cawapres-nya Prabowo melahirkan banyak spekulasi dan persepsi terutama di kalangan yang tidak suka dengan Prabowo maupun Jokowi. Kelompok yang tak suka pada Prabowo seperti Cristianto Hartato mengatakan bahwa ini sikap dan tindakan orang yang gila kekuasaan. Sudah beberapa kali ia maju Pilpres namun gagal. Karena rakus maka ia merekrut figur yang punya elektabilitas untuk menaikkan elektoralnya sehingga bisa meraih kekuasaan yang dirindukan.
Bahkan ada pihak yang berusaha menghalangi Prabowo dengan skandal umur melalui Judicial Review ke MK. Namun upaya konyol dan tolol itu tidak membuahkan hasil. Sementara itu, kelompok yang anti terhadap Jokowi seperti Jusuf Kalla mengatakan bahwa tidak pantas mengangkat anak kecil sebagai Cawapres. Panda Nababan – tokoh senior PDIP pun mengatakan bahwa Gibran itu masih ingusan. Sementara itu Sekjen PDIP dan Adian memiliki sikap yang sama terhadap Jokowi. Bahkan Ikrar Bakti Nusantara mengatakan bahwa Prabowo akan meninggalkan Jokowi saat Jokowi tidak lagi menjadi presiden.
Berbagai cara dan tindakan dilakukan oleh mereka yang anti Jokowi dan Prabowo yang giat berprinsip melanjutkan kerja dan perjuangan Jokowi. Mereka yang beberapa waktu yang lalu sangat memuji kinerja Jokowi seketika berubah menjadi anti Jokowi.
Baca juga:
- Dualisme Sikap Indonesia Menjelmakan Amanat Konstitusi
- Peduli Krisis Kemanusiaan di Rumah Sahabat, tetapi Mengabaikan Duka dan Kecemasan Anak Sendiri
Bahkan Partai PDIP yang mengklaim telah membesarkan Jokowi kini mengambil sikap berseberangan dengan Jokowi. Kecewa PDIP termasuk Megawati Soekarnoputri lantaran Jokowi merestui Gibran Rakabuming Raka dipinang oleh Capres Prabowo menjadi Cawapresnya. Rupanya sikap Jokowi diangap melawan arus tradisi dan mengganggu Partai Moncong Putih mempertahankan status quonya.
Begitu rendah dan kecilkah anak muda di hadapan para pihak anti Jokowi dan Prabowo? Apakah anak muda tak berguna bagi negeri ini? Jawabannya tidak! Para perundung atau pembully Prabowo – Gibran adalah kelompok feodal dan anti perubahan. Bagi mereka anak muda adalah generasi ingusan yang belum waktunya memangku jabatan publik terutama wakil presiden.
Padahal jika melihat kembali rekam sejarah bangsa ini kita menemukan ada jejak andil anak muda hingga terbentuknya negara ini. Gerakan anak muda yang terakumulasi dalam giat Sumpah Pemuda menjadi bukti nyata keterlibatan anak muda. Bahkan Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno pernah berkata: “Berikan saya sepuluh pemuda, dan kami akan menguncang dunia.” Melalui pernyataan ini Ir. Soekarno mau menegaskan betapa cerdas, tanggap dan tangguhnya anak muda. Mereka tak boleh diabaikan tetapi diakomodir dalam pembangunan bangsa.
Muhammad Zulkifli, akademisi IAIN Palopo mengatakan bahwa pemuda merupakan bagian penting dalam masyarakat dan memiliki peran yang sangat strategis dalam membentuk masa depan negara. Harus diakui bahwa selama ini anak muda kurang diberi ruang oleh kaum tua untuk terlibat dalam dunia politik. Kuatnya dominasi kaum tua dalam bidang politik melahirkan banyak permasalahan yang akut mendera negeri. Seperti kasus korupsi yang merugikan negara puluhan triliun rupiah. Bahkan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah seringkali tidak memberikan dampak yang positif bagi pemuda, dan kurang mengedepankan kepentingan mereka.
Sikap subordinat kaum tua pada anak muda yang masif dan kuat mengakar sejak Orde Lama menyebabkan kaum muda kurang memahami bagaimana cara berpartisipasi dalam urusan politik dan ekonomi, sehingga peran mereka kurang maksimal dan tidak memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat.
Namun dengan hadirnya beberapa figur kaum muda dalam panggung politik di negeri ini dan sukses mereka mengakomodir kepentingan publik menjadi dasar bagi sekian banyak pihak dan kalangan di negeri ini untuk mengakui peran orang muda.
Memang setiap ada gerakan pembaharuan, pasti ada yang mengkritik dan ogah menerima. Itulah kelompok yang sedang kebakaran jenggot lantaran enggan memberi tongkat estafet kepemimpinan kepada generasi muda. Jika kita merindukan indonesia maju, percayakan orang muda. Sebab barang siapa mencintai orang muda, ia mencintai masa depan.